“Tambah satu lagi, Bu. Semoga nanti anak perempuan, biar ada yang bantu-bantu di rumah”
Demikian celetuk yang kerap terlontar dari orang-orang di sekitar saya setelah mengetahui jenis kelamin bayi yang baru saja saya lahirkan awal Agustus kemarin.
Laki-laki lagi.
Dari sebelum menikah saya memang pengen punya anak laki-laki. Alasannya karena saya tidak punya saudara laki-laki. Saudara saya perempuan semua, nggak ada laki-laki. Makanya saya ngebet pengen punya keturunan laki-laki.
Alhamdulillaah, setelah lima tahun berumah tangga dikasih tiga jagoan sama Allah.
Bagi saya, mau anak laki-laki atau perempuan sama saja. Sama-sama titipan Allah yang harus saya jaga dan didik dengan baik.
Karena itu pula setiap ada yang celetuk seperti kalimat di atas saya pengen protes sebenarnya tapi tak berani ngomong langsung makanya saya pilih ungkapkan di sini saja, lebih nyaman, hehe.
“Memangnya hanya anak perempuan yang bisa bantu orang tuanya di rumah? Anak laki-laki nggak bisa?”
I know, tidak heran sih kalau ada komentar yang kesannya menganggap anak laki-laki nggak bisa melakukan pekerjaan rumah, eh mungkin lebih tepatnya bukan nggak bisa tapi tidak dibiarkan.
Pasalnya selama ini pekerjaan domestik seperti mencuci, memasak, bersih-bersih dan lain-lain dianggap sebagai ranahnya perempuan.
Sejak kecil anak perempuan sudah dididik dan diajarkan untuk membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Sementara anak laki-laki dibebaskan dari pekerjaan tersebut.
Nah, jika perlakuan seperti itu yang Bunda terapkan dalam mendidik anak laki-laki, jangan heran ketika dewasa nanti ia akan menjadi lelaki yang tidak mandiri dan sering lari dari tanggungjawab.
Mengapa anak laki-laki perlu melakukan pekerjaan rumah tangga?
Salah satu alasan utama mengapa hanya perempuan yang harus bisa mengerjakan pekerjaan rumah karena nantinya dia akan menjadi seorang ibu. Selama ini pekerjaan rumah tangga memang identik dengan perempuan.
Beda halnya dengan laki-laki, ketika nanti dewasa dan berumahtangga, kewajiban utamanya adalah mencari nafkah sehingga tidak perlu mengerjakan pekerjaan rumah.
Ditambah lagi dengan adanya persepsi bahwa jika anak laki-laki-dibiarkan menyentuh pekerjaan anak perempuan, dia akan tumbuh menjadi kewanita-wanitaan.
Yup, masih banyak masyarakat kita yang menganggap tabu pekerjaan rumah tangga bila dikerjakan oleh anak laki-laki karena itu akan membuatnya mengalami kelainan seksual.
Padahal anggapan seperti itu yang justru keliru. Kemaskulinan seorang anak laki-laki tidak bisa dilihat dari pekerjaan yang sering dia kerjakan. Dalam artian anak laki-laki tidak akan menjadi kemayu hanya karena dia membatu pekerjaan bundanya di dapur.
Hakikatnya pekerjaan rumah tangga memang tidak mengenal jenis kelamin. Dalam artian mencuci, memasak, beres-beres rumah dan lain sebagainya boleh dikerjakan oleh semua anak, baik laki-laki maupun perempuan.
Coba Bunda pikir deh, kalau memang pekerjaan memasak hanya untuk anak perempuan, kenapa justru lebih banyak kaum adam yang berprofesi sebagai chef atau koki? Jika anak laki-laki tidak diperbolehkan bersih-bersih rumah lantas kenapa tidak sedikit laki-laki yang berprofesi sebagai cleaning service? Saat ini laki-laki juga banyak yang punya usaha laundry, lalu mengapa anak laki-laki tidak dibiarkan mencuci?
Bunda, suatu saat anak laki-laki kita akan tumbuh dewasa, dia tidak selamanya tinggal dengan kita. Akan ada masanya kita melepaskan dia, membiarkan dia merantau, misal untuk kuliah di luar kota, kerja jauh dari rumah termasuk ketika dia sudah berumahtangga.
Ketika jauh dari orang tua, kemampuan dasar seperti memasak dan bersih-bersih akan sangat berguna baginya. Dengan skill tersebut setidaknya dapat melatih dia untuk mandiri saat tinggal sendiri.
Kebiasaan mengerjakan pekerjaan rumah juga akan membuatnya menjadi lelaki yang bertanggungjawab, terlebih setelah dia berumahtangga. Siapa sih istri yang nggak senang punya suami yang suka bantu-bantu di rumah?
Namun bagaimana jika anak laki-laki kita tidak memiliki skill tersebut karena kita tidak membiasakannya mengerjakan pekerjaan rumah dari kecil? Tentu pertanyaan ini menjadi PR bagi kita.
Cara Mendidik Anak Laki-laki dalam Melakukan Pekerjaan Rumah
Nah, setelah mengetahui pentingnya membiasakan anak laki-laki mengerjakan pekerjaan rumah tangga, sekarang kita bahas yuk cara mendidik mereka agar ringan tangan di rumah!
Jangan bedakan tugas anak laki-laki dan anak perempuan di rumah
Cara pertama yang wajib Bunda terapkan adalah tidak membeda-bedakan anak laki-laki dengan saudara perempuannya dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Ini berlaku bagi Bunda yang juga memiliki anak perempuan.
Hindarilah membagi-bagi pekerjaan rumah berdasarkan jenis kelamin. Hindari juga mengucapkan kalimat seperti “memasak ini tugasnya perempuan, kakak bantu ayah saja urus kebun, tidak usah masuk dapur”
Dengan adanya pembagian tugas dan kata-kata seperti itulah yang membuat anak laki-laki akan berpikiran bahwa pekerjaan rumah tangga bukanlah tanggungjawabnya.
Pun jika Bunda hanya memiliki anak laki-laki, jangan pernah melarangnya melakukan pekerjaan rumah dengan mengeluarkan kalimat seperti “kakak nggak usah bantu Bunda di dapur ya, kakak kan laki-laki, kerjanya bantu ayah saja sana”
Biarkan anak laki-laki turun tangan melakukan pekerjaan rumah tangga, pun sebaliknya biarkan anak perempuan melakukan tugas yang biasanya dikerjakan laki-laki seperti mencuci kendaraan, mengurus kebun dan lain sebagainya.
Dengan begitu kita telah menanamkan pemahaman ke anak bahwa membantu orang tua melakukan pekerjaan rumah tangga merupakan tugas semua anak. Bukan hanya anak perempuan saja, tetapi anak laki-laki pun harus bisa mengerjakannya.
Latih dan biasakan anak sejak Kecil
Agar anak laki-laki kita dapat tumbuh menjadi pemuda yang rajin dan ringan tangan melakukan pekerjaan rumah, tentu kita harus melatih dan membiasakannya sejak kecil.
Kalau menurut Kata Shyntako, salah satu teman blogger saya di Grup Blogging Happy Family, jika dibiasakan sejak kecil hal tersebut akan menjadi kebiasaan baik untuk anak.
Bukan kebetulan Mbak Shynta juga hanya memiliki anak laki-laki dan sejak kecil anaknya sudah dibiasakan membantunya melakukan pekerjaan domestik mulai dari merapikan tempat tidur, menyapu, memasak hingga mencuci piring.
Perlu Bunda ingat bahwa anak adalah peniru yang ulung. Terutama bagi anak yang masih usia balita biasanya suka meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya.
Jadi sebenarnya tidak terlalu susah melatih dan membiasakan anak yang masih kecil. Mulai dari hal-hal yang seserhana dan beri contoh.
Nah, peran Ayah di sini penting sekali. Selain Bunda, pastikan anak juga melihat Ayahnya melakukan pekerjaan rumah. Walau tidak sering karena kesibukan mencari nafkah tapi setidaknya dengan contoh tersebut anak tahu bahwa ayahnya melakukan pekerjaan rumah. Itu artinya dia juga harus bisa melakukannya.
Jangan hukum anak dengan melakukan pekerjaan rumah tangga
Ketika anak laki-laki kita sudah terlatih dan terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah maka jangan sekali-kali menghukumnya dengan pekerjaan tersebut.
Bagaimana dia mau ringan tangan membantu sementara kita sendiri sering membuat pekerjaan rumah tangga menjadi beban baginya?
Ya, salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua ketika anaknya berbuat salah atau melakukan pelanggaran adalah menghukumnya dengan pekerjaan rumah tangga.
Misal si anak pulang sekolah langsung keluyuran tanpa izin. Karena marah kita menghukumnya untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah.
Dengan adanya hukuman tersebut justru akan membuat anak melihat pekerjaan rumah tangga sebagai sebuah beban atau masalah bukan sebagai tanggungjawab.
Jika memang ingin memberi sanksi cari alternatif lain, misal menghukum dengan melarangnya bermain game dan nonton sampai batas waktu yang Bunda tentukan. Adapun tujuan pemberian hukuman ini sebatas untuk memberi efek jera agar anak tidak mengulangi kesalahannya.
Berikan Hadiah atau Rewards
Tidak ada salahnya bagi Bunda untuk sekali-kali memberikan hadiah atau rewads sebagai bentuk apresiasi kepada anak atas kerajinannya membantu pekerjaan rumah tangga.
Namun perlu diingat, jangan iming-imingi anak karena itu hanya akan membuatnya semangat bekerja jika ada hadiah.
Pemberian hadiah atau rewards di sini sifatnya hanya sebagai kejutan. Setidaknya dengan adanya kejutan tersebut akan memotivasi dan membuat anak semakin rajin membantu.
Buat Jadwal Bersama Anak
Untuk anak yang lebih besar memang sebaiknya dibuatkan jadwal khusus. Bunda bisa membuatkan jadwal harian dengan membagi tugas anak-anak di rumah.
Ingat lagi di point pertama, untuk pembagian tugasnya tidak boleh berdasarkan jenis kelamin. Baik anak laki-laki maupun perempuan harus mendapat tugas yang sama, karena itu jadwalnya perlu dibuat secara bergiliran.
Sedangkan untuk anak yang masih kecil Bunda bisa latih dengan mengikuti Tips Ibu Handal berikut ini :
- Merapikan Kamar Tidur. Ketika membangunkan si kecil, kita bisa sekaligus mengajaknya dan membantunya untuk merapikan kamar tidurnya.
- Mencuci Baju. Meminta si kecil untuk memasukkan baju ke dalam mesin cuci. Lalu pada saat mengisi air bisa jadi sesi yang menyenangkan karena kita bisa sambil bermain air bersama anak
- Menyapu dan Mengepel Lantai. Bagi tugas dengan anak misal si anak menyapu, Bunda mengepel.
- Mengelap Kaca. Agar anak senang mengerjakan tugas ini, dandani dia dengan perlengkapan sprayer, kacamata goggles dan lap kaca. Jadi, kita bermain peran seperti seolah si kecil menjadi petugas pembersih kaca.
- Mencuci Piring. Mulai dengan mengajarkan anak mencuci peralatan makan yang berbahan plastik dan tidak tajam.
- Memasak. Sesuaikan dengan kemampuan dan usia anak. Untuk membantu melakukan pekerjaan kita bisa meminta si kecil untuk mengupas bawang, mencuci sayur mayur dan menyalakan kompor.
Penutup
Melatih dan membiasakan anak laki-laki maupun anak perempuan sedari kecil untuk membantu pekerjaan rumah tangga sejatinya adalah bagian dari cara mendidik mereka agar dapat tumbuh menjadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab.
Oleh karenanya membantu pekerjaan rumah bukan hanya tugas anak perempuan. Anak laki-laki pun perlu dilatih skill-nya dalam mengurus rumah agar kelak ketika dewasa dia bisa menjadi pemuda yang mandiri dan bertanggungjawab ketika sudah berumahtangga.
Cara mendidik anak laki-laki dalam melakukan pekerjaan rumah tangga pun tidak sulit asal sedari kecil sudah melatih dan membiasakannya.
Nah, siapa bilang hanya anak perempuan yang dapat membantu Bundanya. Anak laki-laki juga bisa kok jadi Bunda yang hanya punya anak laki-laki di rumah nggak usah khawatir. Semua kembali lagi, tergantung dari bagaimana cara kita mendidik mereka.
Sekian, Jurnal Bunda hari ini 🙂