Puasa hari pertama bagi ibu hamil, apa saja sih yang perlu dipersiapkan? Pertanyaan tersebut mungkin terlintas di benak bunda, apalagi yang baru menjalani puasa pertama kali dalam kondisi hamil.
Ibu hamil memang diperbolehkan untuk tidak menjalankan puasa selama Ramadan.
Namun sebagai gantinya ia harus membayar fidyah dan atau mengganti (qadha‘) puasa yang ditinggalkannya di hari lain di luar Ramadan.
Meski demikian tidak sedikit pula ibu hamil yang tetap memilih berpuasa. Saya sendiri termasuk yang berat rasanya tidak ikut menahan lapar dan dahaga di bulan Ramadan walau sudah diberikan rukhsah atau keringanan dengan adanya dalil yang membebaskan ibu hamil dan menyusui dari kewajiban berpuasa.
Oleh sebab itu, kehamilan tidak menghalangi saya untuk mengerjakan ibadah yang merupakan rukun islam ketiga ini.
Waktu hamil anak pertama, saya bahkan bisa melewati Ramadan tanpa bolong puasa.
Puasa saya baru banyak bolongnya pas hamil anak kedua karena saat itu kondisi saya tidak hanya hamil tapi juga masih menyusui si kakak yang belum lepas ASI sehingga mudah sekali merasa lemas.
Maklum ya, puasa dalam keadaan hamil saja sudah berat apalagi dengan kondisi masih menyusui juga.
Nah, di kehamilan ketiga ini, walau masih menyusui anak kedua namun agak ringan karena si adek ini sementara dalam masa penyapihan (sudah jarang menyusu) sehingga saya yakin dan optimis insyaa Allah bisa kembali menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh.
Namun tentu saja akan saya sesuaikan dengan kondisi kehamilan saya kali ini. Karena setiap kehamilan pasti punya kondisi yang berbeda.
Begitu pun dengan kondisi kehamilan antara ibu hamil yang satu dan ibu hamil yang lain. Ada yang kondisinya memungkinkan untuk berpuasa, ada juga yang tidak.
Jadi kalau dengan berpuasa dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya ya jangan dipaksakan karena kesehatan yang harus diutamakan.
Tips Puasa Hari Pertama bagi Ibu Hamil
Berhubung saya sudah punya pengalaman berpuasa saat hamil sebelumnya jadi setidaknya saya tahu apa saja yang perlu dipersiapkan agar puasa pertama pada kehamilan ketiga ini dapat berjalan lancar.
Memastikan kondisi kehamilan dalam keadaan sehat
Persiapan pertama yang saya lakukan adalah memastikan kondisi kehamilan saya dalam keadaan sehat.
Idealnya untuk memastikan apakah kehamilan saya benar-benar sehat sehingga memungkinkan untuk ikut berpuasa adalah berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan. Seharusnya seperti itu.
Sayangnya saya belum sempat melakukan pemeriksaan ke dokter. Namun yang membuat saya yakin kalau kehamilan saya baik-baik saja karena saya tidak punya riwayat keguguran dan persalinan prematur.
Selain itu, selama hamil anak ketiga ini saya juga tidak mengalami banyak keluhan seperti yang sering dialami ibu hamil pada umumnya.
Tidak mengalami mual dan muntah, nafsu makan normal, tidak ngidam juga dan masih bisa leluasa saat beraktivitas.
Istilahnya, orang bilang hamil kebo. Hamil tapi tidak menunjukkan tanda-tanda yang biasanya muncul pada ibu hamil.
Jadi in syaa Allaah, saya yakin kondisi kehamilan saya baik-baik saja sekalipun saya berpuasa. Apalagi usia kehamilan saya sekarang juga sudah melewati zona kritis aka trimester pertama jadi setidaknya lebih amanlah.
Meski demikian saya sudah berencana akan segera melakukan pemeriksaan kehamilan dalam waktu dekat ini (di bulan Ramadan) untuk lebih memastikan kondisi saya saat hamil.
Nah, kalau bunda ada masalah pada kehamilan sebelumnya seperti pernah keguguran atau melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) atau belum cukup bulan, ini yang patut diwaspadai. Termasuk kalau masih trimester pertama dan mengalami ngidam parah.
Jika kondisi kehamilan bunda seperti itu sebaiknya dikonsultasikan dulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk berpuasa.
Berniat
Setelah memastikan tidak ada masalah dengan kondisi kehamilan saya kali ini barulah saya berniat akan menjalankan ibadah puasa selama Ramadan.
Poin ini sangat penting sekali. Bagi saya, salah satu hal yang menguatkan dan memampukan saya menahan lapar dan dahaga seharian bahkan dalam kondisi tengah berbadan dua adalah niat menunaikan ibadah puasa ikhlas karena Allaah ta’ala.
Oh ya niat yang saya maksud di sini adalah berniat puasa dalam kondisi hamil. Selain itu puasa ramadan memang harus diawali dengan niat setiap malam atau sebelum masuk subuh karena merupakan salah satu rukun puasa.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wassalam
مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ طُلُوعِ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang belum berniat (untuk puasa) di malam hari sebelum terbitnya fajar maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Ad-Daru Quthni dan Al- Baihaqi).
Tidak melewatkan makan sahur
Persiapan selanjutnya yang tidak kalah penting adalah makan sahur. Sahur merupakan aktivitas makan dan minum yang dilakukan sebelum masuk waktu fajar.
Hukum makan sahur sendiri adalah sunnah, yang artinya sangat dianjurkan meski tidak mengapa jika ditinggalkan. Namun bagi ibu hamil makan sahur itu hukumnya wajib lho, jangan sampai terlewatkan.
Pengalaman saya di dua kehamilan sebelumnya, bisa kuat tidak makan dan minum dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari itu juga tidak terlepas dari aktivitas makan sahur pada dini hari yang efeknya memang bikin tubuh menjadi lebih bertenaga.
Pernah juga sih dalam kondisi hamil saya nekat berpuasa tanpa makan sahur karena telat bangun. Efeknya belum masuk dhuhur badan saya sudah lemas banget. Bangun dari tempat tidur saja rasanya tidak kuat.
Karena tidak ingin mendzalimi diri sendiri dan juga si debay dalam kandungan saya akhirnya memilih berbuka.
Nah, karena saya bertekad ingin puasa penuh selama Ramadan 1443 H ini maka saya tidak boleh melewatkan waktu sahur.
Untuk itu persiapan yang saya lakukan agar tidak ketinggalan sahur adalah tidur cepat di malam hari dan menyalakan alarm.
Oh ya terkait waktu sahur ini, saya juga membiasakan untuk mengakhirkan sahur sebagaimana yang disunnahkan Rasul. Makan sahur sebaiknya dilakukan mendekati terbitnya fajar.
Berbuka secukupnya dan tidak melewatkan makan malam
Berbeda dengan waktu sahur yang disunnahkan untuk diakhirkan. Waktu berbuka puasa justru dianjurkan untuk disegerakan setelah mendengar azan maghrib.
Saat berbuka ini biasanya orang-orang pada khilaf ya. Apalagi kalau di depan dihidangkan berbagai takjil dan menu yang manis-manis. Sungguh menggoda, hehe.
Karena sudah menahan lapar seharian sehingga ketika waktu berbuka tiba nafsu makan seketika memuncak.
Nah, ibu hamil harus tetap menjaga asupan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Jangan sampai berlebihan.
Pasalnya di usia kandungan yang telah melewati trimester satu ibu hamil rentan mengalami begah, terlebih dalam keadaan terlalu kenyang.
Jadi saya juga berusaha untuk berbuka secukupnya saja. Yang penting asupan nutrisi dan cairan tetap terpenuhi.
Nah, makanan ringan yang dinikmati saat berbuka di sini berbeda dengan makan malam ya. Jadi meskipun mungkin sudah kenyang setelah berbuka, ibu hamil tetap harus memenuhi kebutuhan gizinya dengan makan malam.
Saya sendiri biasanya makan malam sekitar pukul 21.00 atau setelah melaksanakan shalat tarawih.
Penuhi asupan gizi dan cairan
Ibu hamil membutuhkan asupan gizi dan cairan yang lebih banyak karena makanan yang masuk ke dalam tubuhnya juga menjadi asupan bagi janin.
Karena itu meski menjalankan ibadah shaum, ibu hamil tetap harus memenuhi asupan gizi dan cairan.
Di luar ramadan asupan tersebut dapat dipenuhi saat sarapan, makan siang dan makan malam.
Bukan berarti karena melewatkan waktu kurang lebih 14 jam tanpa makan dan minum asupan gizi tersebut tidak dapat terpenuhi.
Itu sebabnya penting bagi ibu hamil untuk tidak melewatkan makan sahur, makan saat berbuka dan makan malam untuk memenuhi semua kebutuhan nutrisi tersebut.
Nah, ini juga yang tidak luput dari persiapan yang saya lakukan. Untuk menjaga kesehatan saya dan janin di bulan Ramadan saya tetap memastikan agar tidak kekurangan asupan nutrisi baik itu karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin maupun mineral.
Konsumsi suplemen atau susu hamil
Sebenarnya multivitamin atau susu ibu hamil tidak wajib dikonsumsi jika nutrisi ibu hamil sudah terpenuhi dari makanan.
Hanya saja sebagai orang yang awam dengan masalah gizi, saya tahunya makanan yang saya konsumsi ini bergizi tapi kalau ditanya takarannya apakah sudah sesuai dengan kebutuhan ibu hamil atau belum, saya tidak bisa menjawab dengan pasti.
Karena itu meski sudah konsumsk makanan yang bergizi saya juga minum suplemen tambahan untuk ibu hamil. Jadilah makan sahur saya juga selalu dilengkapi dengan 4 sehat 5 sempurna. Eh maksudnya penutup makan sahur saya adalah susu hamil, hehe.
Istirahat yang cukup
Ramadan merupakan bulan yang sangat spesial bagi umat Islam karena di bulan inilah momennya kita dapat berlomba-lomba mengumpulkan bekal akhirat sebanyak-banyaknya.
Pasalnya setiap aktivitas kebaikan yang kita lakukan insyaa Allah bernilai ibadah dan pahalanya dilipatgandakan. Bahkan tidurnya orang yang berpuasa juga termasuk ibadah lho. Enak banget, kan?
Eits tapi tidurnya jangan sampai kebablasan. Kalau seharian kerjaannya cuma tidur ya dapatnya bukan pahala tapi lapar dan haus doang. Sia-sia dong puasanya.
Nah, untuk memastikan puasa hari pertama saya berlajalan lancar begitu pula dengan hari-hari selanjutnya maka persiapan yang mesti saya lakukan tentu tidak cukup dengan mengonsumsi makanan bergizi saja melainkan juga memenuhi kebutuhan tubuh dengan beristirahat yang cukup.
Menjalani puasa dengan bahagia
“Memang ada ya orang yang tidak bahagia saat datang bulan Ramadan?” Ya, mungkin saja.
Orang yang baru kehilangan salah satu anggota keluarganya mungkin akan bersedih karena Ramadan kali ini keluarga mereka tidak lagi dapat berkumpul dengan lengkap seperti tahun-tahun sebelumnya.
Atau orang yang lagi punya banyak masalah, terhimpit utang atau mengalami kesusahan ekonomi. Who knows?
Setiap orang punya masalah masing masing-masih namun apa pun masalahnya, jangan biarkan diri larut dalam kesedihan. Apalagi di bulan Ramadan, bulan yang seharusnya kita sambut dengan penuh suka cita.
Ibu hamil pun demikian. Kalau mau lancar puasanya selama Ramadan, harus bahagia. Karena kesehatan ibu hamil bukan hanya didapatkan dari makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup saja melainkan juga dari pikiran yang positif.
Kalau ibu hamil stres, sudah pasti efeknya akan lari ke tubuh dan juga janin yang dikandung. Akibatnya kesehatan jadi menurun.
That’s why poin ini sengaja saya masukkan sebagai salah satu tips agar puasa bumil lancar jaya sampai menjelang hari Idul Fitri nanti.
Harus selalu berpikir positif. Hindari stres. Kalau punya masalah jangan dipendam sendirian, adukan ke Allah, cerita ke suami. Boleh juga lepaskan penat dengan menulis biar kita tetap bisa jadi ibu yang waras.
Perhatikan tanda bahaya
Walaupun sudah yakin kondisi kehamilan memungkinkan untuk menjalankan puasa, ibu hamil tetap harus memperhatikan tanda bahaya ya.
Tanda bahaya yang dimaksud di sini seperti :
- Merasa sangat lemas
- Tiba-tiba pusing pandangan kabur
- Sering mual dan muntah
- Perut mengalami kram dan terasa sangat nyeri
- Gerakan janin berkurang
- Berat badan malah menurun
Kalau menemukan tanda-tanda seperti itu jangan ragu untuk segera membatalkan puasa dan segera mengunjungi dokter kandungan jika diperlukan.
Alhamdulillaah hari pertama puasa saya tanggal 2 April kemarin berjalan lancar jaya tanpa halangan dan tidak lemas sama sekali.Malah seperti tidak sedang menahan lapar dan haus.
Yah, semoga saja puasa saya bisa lancar sampai akhir ramadan. Aamiin yaa Rabb.
Kalau pun misal di tengah ramadan saya mengalami satu atau dua tanda bahaya seperti yang disebutkan di atas, tentu saja saya tidak akan ngotot untuk melanjutkan puasa karena sekali lagi kesehatan saya dan janin yang saya kandung adalah yang utama.
Penutup
Demikian sedikit sharing mengenai tips dan persiapan puasa hari pertama agar dapat berjalan lancar. Pada dasarnya tidak ada kewajiban bagi ibu hamil untuk ikut berpuasa.
Sebab Allah sendiri sudah memberikan rukhsah atau keringanan sehingga ibu hamil dapat mengganti kewajiban shaum dengan membayar fidyah maupun mengqadha’nya di hari lain.
Namun tidak mengapa pula jika seorang ibu memilih untuk tetap menjalankan puasa ramadan dalam keadaan hamil selama tidak mengganggu kesehatannya.
Karena kondisi kehamilan setiap ibu berbeda sehingga tidak bisa disamakan. Saya mungkin kuat menjalani ibadah puasa, tapi belum tentu dengan ibu hamil lainnya.
Jadi, sebelum memutuskan untuk berpuasa pastikan dulu kondisi kehamilan bunda sehat dan baik ya.
Kuy, semoga tips puasa hari pertama ramadan dan hari-hari selanjutnya khusus ibu hamil yang saya sampaikan di atas dapat bermanfaat.
Selamat menjalankan ibadah puasa 1443 H dan sampai jumpa di jurnal bunda berikutnya.
Salam hangat,
[…] pandemi, biasanya kita memiliki agenda yang padat di bulan Ramadan, mulai dari puasa hari pertama hingga menjelang lebaran. Bahkan mungkin lebih banyak waktu yang kita habiskan di luar ketimbang di […]