Menulis dan bercahayalah! Demikian quote dari penulis favorit yang sengaja saya jadikan judul Jurnal Bunda kali ini.
Ada yang bisa tebak penulis yang saya maksud? Baiklah saya kasih clue ya. Beliau adalah kakak dari penulis novel best seller Asma Nadia. Hayoo pasti sudah tahu dong.
Yup. Helvy Tiana Rosa.
Fyi, saya sudah memfavoritkan beliau dari masa masih pake seragam putih merah lho. Berawal dari membaca buku kumcer-nya yang fenomenal “Ketika Mas Gagah Pergi” saya langsung jatuh bangun hati.
Karena buku itu pula yang memotivasi saya mengikuti jejak Bunda Helvy untuk menjadi penulis. Namun bukan penulis yang biasa-biasa saja. Bertahun-tahun saya menggegam impian untuk menjadi penulis best seller.
Mimpi yang terlalu berlebihan ya? Namun saya tidak malu memiliki impian setinggi itu. Selagi mimpi itu GRATIS, bermimpilah setinggi mungkin. Itulah yang dikatakan oleh para motivator.
Namun belakangan yang bikin saya malu ketika saya menyadari bahwa mimpi itu kini menjelma angan yang tak mampu lagi saya gapai. Seolah saya hanya menginginkannya tapi tidak berusaha mewujudkannya.
Apalagi semenjak terjun ke dunia blog, fokus saya bukan lagi menjadi penulis buku melainkan penulis blog aka blogger. Malah kini saya merasa cukup dengan menjadi blogger dan tidak lagi begitu berminat untuk menjadi penulis. Toh passion yang saya geluti sebagai blogger juga masih berkaitan dengan aktivitas menulis.
Penulis dan Blogger, Apa Bedanya?
Penulis dan blogger. Dulu saya sempat menganggap keduanya sama. Hanya media tempat memublikasikan tulisannya saja yang berbeda.
Penulis menuangkan tulisannya dalam bentuk naskah yang kemudian dicetak menjadi sebuah buku, sedangkan blogger menulis dan memublikasikan tulisannya lewat sebuah platform bernama blog.
Tentu tidak salah jika saya beranggapan demikian karena aktivitas utama blogger adalah menulis. Sedangkan penulis adalah orang yang melakukan aktivitas menulis.
Apalagi blogging yang saya lakukan dulu sebatas hobi. Sehingga konten blog yang saya buat pun rata-rata hanya berupa tulisan, jarang sekali saya tambahkan image karena saya menganggap itu tidak penting, yang penting tulisannya. Ya, pokoknya dulu saya tahunya ngeblog ya menulis.
Baru beberapa tahun terakhir ini, tepatnya setelah menjadikan blogger sebagai pekerjaan sampingan barulah saya memahami bahwa aktivitas ngeblog bukan sekadar menulis.
Lebih dari itu. Blog merupakan platform personal. Ibarat seperti sebuah rumah. Ketika memutuskan membangun rumah maka kita sendiri pula yang harus merawat dan mengurusnya.
Nah, ini bedanya profesi penulis dan blogger. Penulis cukup fokus menulis naskah yang bagus lalu mengirimkannya ke penerbit. Setelah naskahnya lolos di penerbit terutama penerbit mayor, si penulis ini nggak perlu pusing lagi dengan urusan publikasi dan lain sebagainya. Tinggal terima beres.
Sedangkah blogger, semua proses pembuatan konten, mulai dari menulis, desain gambar, publikasi, hingga promosi blogpost untuk mendapatkan traffik (pembaca) dia yang urus.
Ini saya belum singgung soal SEO ya. Belum ngomongin backlink, brokenlink, DA/PA, DR, PV dan lain sebagainya. Intinya pekerjaan blogger bukan cuma menulis. Banyaklah yang mesti dikuasai kalau pengen mendapatkan penghasilan dari sebuah blog. Jadi siapa bilang berprofesi sebagai blogger itu gampang?
Untuk menjadi seorang penulis yang karya-karyanya berhasil terpajang di rak buku gramedia juga bukan pekerjaan yang mudah. Makanya saya salut banget dengan mereka yang berprofesi sebagai penulis sekaligus blogger. Sayangnya saya tidak bisa fokus keduanya.
Asyiknya Jadi Blogger
Katanya mimpi pengen jadi penulis buku best seller kenapa sekarang malah fokus sebagai blogger? Memang apa asyiknya jadi blogger?
Well, berikut beberapa alasan yang bikin saya prefer menulis postingan blog ketimbang menulis naskah buku ;
Jujurly, salah satu alasan yang bikin saya nyaman jadi blogger karena nggak banyak aturan. Namanya juga menulis di rumah sendiri. Saya bebas menulis sesuka hati sesuai dengan gaya bahasa saya.
Bebas di sini bukan berarti nggak ada aturan sama sekali. Menulis di blog juga tetap ada aturannya kok. Apalagi kalau tujuan ngeblognya buat dapat cuan. Jelas performa blog harus dijaga dengan baik. Minimal postingan blognya punya posisi yang bagus di halaman mesin pencari biar dapat trafik yang banyak.
Nah, agar blog kita berhasil nangkring di halaman awal mesin pencari atau setidaknya terindeks Google kita cukup ikut aturan Google. No duplikat, no hoax, no konten yang berbau ponografi, judi dan menyinggung SARA.
Untuk gaya bahasa? bebas dong. Mau pake bahasa formal, gaul, bahasa asing, bahasa campur (indo) atau bahasa daerah pun tak masalah asal bukan bahasa alay.
Pun walau bebas namun kaidah kepenulisan harus tetap diperhatikan. Karena penulis yang baik entah itu penulis buku, blogger, jurnalis maupun content writer kaidah penulisannya selalu berpatokan pada EYD KBBI.
Dapat penghasilan dari blog
Hal berikutnya yang bikin saya hepi jadi blogger karena cuan. Yup, siapa sih yang nggak senang jika aktivitas yang dulu dilakoninya sebatas hobi kini telah berbuah pundi-pundi rupiah bahkan dollar.
Seperti halnya penulis, saat ini pun blogger sudah dipandang sebagai suatu profesi dengan penghasilan yang cukup menjanjikan.
Walau gajiannya tidak menentu namun lumayanlah penghasilan yang didapat dari blog. Apalagi pekerjaannya bebas, bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. That’s why job sebagai blogger cocok banget bunda-bunda yang doyan nulis dan ingin berkarir dari rumah seperti seperti saya.
Namun untuk dapat uang dari blog nggak instan, ada prosesnya. Selain skill menulis butuh modal juga. Minimal modal buat beli domain dan hosting. Ilmu blogging khususnya tentang SEO pun perlu dikuasai.
Ibaratnya untuk memulai pekerjaan sebagai blogger kita harus menanam benih dulu, hasilnya nanti, dipetik kemudian. Yang penting kita tidak menyerah saat berproses. So believe, proses apapun yang kita jalani pasti membuahkan hasil.
Berteman dengan penulis
Seperti yang sudah saya singgung di atas, aktivitas utama blogger adalah menulis sehingga tidak mengherankan jika di dunia blogger ada banyak penulis.
Penulis yang saya maksud di sini adalah mereka yang produktif menelurkan karya buku baik buku solo maupun antologi. Senangnya lagi, sejak menjadi blogger saya bisa berteman dengan beberapa penulis yang karyanya sudah sering terpajang di rak buku gramedia.
Beberapa diantaranya ada Mbak Muyassaroh pemilik blog muyass.com, Mbak Eni yang punya duniaeni.com, Mbak Leyla Hana ngeblog di leylahana.com, Mbak Annie Nugraha dengan blognya annienugraha.com dan masih banyak lainnya.
Tidak sedikit pula lho blogger yang akhirnya bisa jadi penulis aka menerbitkan buku. Contohnya saja saya, hehe. Ya, walau baru buku antologi tapi saya merasa bahwa sebenarnya justru dengan menjadi bloggerlah yang membuka jalan dan semakin mendekatkan saya dengan impian menjadi penulis.
Bahkan sejujurnya saya baru belajar menulis dengan baik setelah menjadi blogger. Kalau menengok kembali tulisan saya di awal ngeblog benar-benar masih alay banget. Saya bacanya saja pusing sampai mau mual saking jeleknya tulisannya saya kala itu.
Perlahan namun pasti saya mulai berproses hingga saya bisa menulis dengan lancar seperti sekarang tidak terlepas dari perjalanan ngeblog saya dari tahun ke tahun.
Menulis dan Bercahayalah!
Kecintaan saya dengan dunia menulis sebenarnya berawal dari hobi membaca. Boleh dibilang waktu kecil saya kutu buku banget. Tiada hari yang tidak saya lewati tanpa membaca. Bahkan membaca sudah menjadi rutinitas harian saya sebelum tidur kala itu.
Sampailah suatu hari saya berjodoh dengan buku kumcer Ketika Mas Gagah Pergi. Seperti yang saya singgung di atas dari membaca karya fenomenal Helvy Tiana Rosa itulah baru muncul keinginan untuk tidak sekadar menjadi penikmat kata.
Saya pun ingin bisa merangkai kata-kata sendiri yang kemudian dibaca oleh banyak orang. Sejak saat itu saya mulai tertarik dengan yang namanya fiksi. Blog saya juga awalnya saya isi dengan tulisan-tulisan fiksi baik itu puisi, cerpen, cermin maupun cerbung.
Belakangan setelah menjadikan blogger sebagai pekerjaan sampingan saya berubah haluan dari yang tadinya pecinta fiksi, sekarang malah lebih suka menulis non fiksi. Ya, selera menulis saya langsung berubah begitu saja setelah saya memilih fokus menjadi blogger.
But whatever, apapun jenis tulisan kita mau fiksi atau non fiksi, tetaplah menulis dan bercahayalah!