Bagi Bunda yang ingin menerapkan toilet training bayi, wajib banget tahu yang namanya Elimination Communication (EC) atau dikenal juga dengan istilah tatur.
Dengan menggunakan metode ini, Bunda tidak perlu menunggu hingga si kecil menunjukkan tanda-tanda kesiapan untuk potty training. Bunda bahkan bisa memulai EC sejak si kecil baru lahir (newborn).
Penasaran apa itu metode tatur, apa saja manfaatnya dan bagaimana cara menerapkan toilet training bayi dengan tatur? Jurnal Bunda kali ini akan mengulasnya. Baca sampai selesai ya!
Mengenal Elimanition Communication (EC)
Dilansir dari babycenter.com elimination communication (EC) atau tatur adalah praktik mengenalkan bayi ke toilet sejak usia sangat dini, yakni berkisar antara usia baru lahir hingga 4 bulan.
Para orang tua yang menerapkan tatur akan berusaha menghindari pemakaian pospak pada si kecil. Mereka akan membawa bayinya segera ke kamar mandi (atau pispot) terdekat setiap kali bayi ingin buang air besar atau kecil.
Sampai di sini mungkin di antara Bunda ada yang sudah familiar dengan metode ini atau sebelumnya pernah mendengar istilah tatur.
Ya, tatur memang bukan hal yang baru. Pernah tidak terlintas atau terbetik di benak Bunda, bagaimana orang tua zaman dulu menangani kotoran anak-anaknya? Apakah mereka menggunakan popok sekali pakai juga pada anaknya? Oh, tentu tidak!
Zaman dulu belum ada teknologi pospak. Adanya cuma popok kain biasa. Nah, sebelum kehadiran pospak, tatur umum dilakukan. Coba deh tanyakan ke orang tua atau kakek nenek kalian? Bisa dipastikan mereka menatur anak-anaknya.
Saya sendiri pun adalah produk tatur. Mama saya pernah cerita soal ini. Dari usia tiga bulan beliau mulai rutin membawa anaknya ke kamar mandi untuk buang air. Beliau bahkan sama sekali tidak pernah menggunakan pospak pada anak-anaknya. Hasilnya, sebelum menginjak usia dua tahun, keempat anaknya sudah mandiri untuk buang air di kamar mandi.
Fakta tentang Tatur
Bayi yang sejak dini ditatur umumnya sudah bisa toilet independent sejak usia 18–24 bulan. Coba bandingkan dengan anak-anak sekarang?
Melansir dari situs godiaperfree.com, di Amerika, pada tahun 1947 terdapat 92% anak usia 18 bulan sudah lulus toilet training (NY Times, 1999).
Namun sejak 1959 atau ketika popok sekali pakai telah hadir di pasaran, rata-rata usai anak selesai mulai merangkak naik.
Dari data tahun 2001, usia rata-rata anak selesai toilet training adalah 35 bulan untuk anak perempuan dan 39 bulan untuk anak laki-laki (Ambulatory Pediatrics Journal, 2001).
Perhatikan, kenaikannya hampir dua kali lipat. Apalagi zaman sekarang di mana popok sekali pakai sudah menjadi seperti kebutuhan bayi.
Padahal kebutuhan bayi bukanlah popok melainkan “buang hajat”. Seperti halnya ketika bayi merasa lapar, kita akan segera memenuhi kebutuhannya itu dengan menyusui atau memberikannya makan bila sudah MPASI.
Begitupula ketika si kecil hendak buang air, seharusnya kita merespon dengan segera membawanya ke toilet, bukan membiarkannya buang air di popok.
Nah, tatur sesungguhnya merupakan cara orang tua berkomunikasi dengan bayi untuk memenuhi kebutuhannya terkait keperluan untuk buang hajat.
Dengan menerapkan tatur, secara tidak langsung orang tua juga memberikan informasi atau pengenalan yang benar sejak dini pada bayi bahwa tempat buang air kecil atau buang air besar adalah di pispot atau toilet, bukan popok.
Namun tatur bukan berarti anak tidak boleh menggunakan popok, melainkan ini merupakan solusi yang tepat untuk melepaskan ketergantungan orang tua terhadap popok sekali pakai.
Manfaat toilet training bayi
Memulai toilet training bayi di bawah usia 1 tahun memang membutuhkan banyak waktu dan dedikasi, mengingat bayi belum memiliki kesiapan fisik.
Ketika ingin menatur bayi, Bunda yang harus siap mental dan tidak perlu berekspektasi tinggi karena bisa berujung pada rasa frustasi.
Ingat, inti dari elimination commnmunication adalah komunikasi, bukan tentang keberhasilan bayi menggunakan toilet. Sebab yang terpenting dari proses ini yaitu bayi bisa mengenali dan memahami sinyal dari tubuhnya sendiri.
Nah, terlepas dari kekurangan toilet training bayi, berikut sederet manfaat tatur bayi yang perlu Bunda ketahui :
Mempererat bonding orang tua dengan bayi
Dalam menerapkan EC, ada komunikasi yang terjalin antara orang tua dan bayi. Bayi memang belum bisa bicara tapi ia bisa mengirim sinyal.
Jika kita perhatikan, bayi sebenarnya selalu mengkomunikasikan rasa ketidaknyamanannya. Termasuk ketika ingin buang kotoran.
Bayi akan berusaha berkomunikasi dengan kita lewat perilaku seperti menangis, mendadak rewel atau gelisah dan tidak mau menyusu.
Ketika kita segera meresponnya, akan terbangun komunikasi yang baik dan besar pengaruhnya akan kian merekatkan ikatan batin atau bonding antara kita dengan bayi.
Lebih nyaman dan bersih
Anak yang ditatur sejak bayi akan terbiasa tidak menggunakan popok sehingga ini akan membuatnya lebih nyaman.
Tentunya lebih bersih juga karena ketika bayi ingin pup atau pipis orang tua akan segera membawanya ke toilet. Dengan cara ini bayi terhindar duduk di atas kotorannya sendiri yang biasa terjadi ketika anak menggunakan popok.
Terhindar dari ruam popok
Umumnya kulit bayi masih sangat sensitif sehingga rentan terkena ruam. Termasuk ruam popok yang biasa muncul akibat kulit bayi terpapar kotoran dalam waktu lama karena penggunaan popok.
Tatur bayi dapat menjauhkan bayi dari ruam popok karena pada prosesnya orang tua akan meminimalisir penggunaan popok pada bayi.
Hemat popok
Pada penerapan tatur, orang tua akan sering membiarkan bayi tanpa popok. Bayi baru akan menggunakan popok pada saat-saat tertentu saja. Misalnya ketika hendak membawa bayi bepergian atau ketika orang tua sedang sibuk.
Dengan demikian, jelas manfaat tatur bayi dapat menghemat popok. Itu artinya kita dapat menghemat pengeluaran. Dampaknya pun bagus terhadap lingkungan karena dengan hemat popok berarti kita juga ikut mengurangi limbah popok.
Meningkatkan kepercayaan diri anak
Ketika bayi ingin buang air, ia biasanya akan menangis atau rewel sebagai bentuk komunikasinya ke kita. Ia mengirim isyarat tersebut dan berharap kita bisa segera meresponnya.
Nah, ketika kita menanggapinya dengan lembut, dengan penuh kasih sayang, bayi mulai akan memahami bahwa apa yang ia komunikasikan memiliki nilai karena itu ia pun akan merasa dihargai.
Respon yang kita berikan ini mungkin terlihat sepele, namun tahukah Bunda, efeknya justru bagus untuk pertumbuhan si kecil.
Karena sejak kecil sudah merasa dihargai anak akan tumbuh dengan kepercayaan diri yang baik. Hal ini akan mendorong anak untuk lebih cepat mandiri.
Orang tua lebih mudah memahami bayi
Ada banyak tingkah bayi yang sulit dijelaskan. Seperti tiba-tiba rewel, menangis, tidak mau menyusu dan lain sebagainya. Bunda pasti akan bingung menghadapinya.
Nah, metoder tatur dapat membantu Bunda mengatasi kelakuan bayi yang sulit dijelaskan itu. Ketika menatur bayi, Bunda akan berusaha menangkap isyarat bayi yang berkaitan dengan keinginannya untuk buang hajat.
Adanya komunikasi yang terjalin sejak dini akan memudahkan orang tua untuk cepat memahami “bahasa” bayi.
Setelah mengetahui manfaat tatur bayi, Mungkin Bunda tergerak untuk menerapkan metode ini namun bingung harus memulai darimana. Yuk, langsung saja kita bahas langkah-langkahnya!
Langkah-langkah Menerapkan Elimination Communication atau Tatur
Toilet training bayi berbeda dengan toilet training pada umumnya. Itu sebabnya ada pula yang beranggapan toilet traning dan tatur adalah dua hal yang berbeda.
Tatur atau EC adalah tentang komunikasi. Bukan mengenai cara orang tua melatih si kecil menggunakan toilet sehingga tidak ada target keberhasilan pada EC. Kalau pun proses ini merupakan bentuk pelatihan atau training maka yang dilatih di sini adalah orang tuanya, bukan bayi.
Nah, untuk lebih jelasnya, berikut langkah-langkah menerapkan tatur pada bayi.
Mulai dengan Observasi
Jika toilet training membutuhkan kesiapan orang tua dan anak, maka proses EC atau tatur sepenuhnya membutuhkan kesiapan orang tua.
Proses ini akan sangat bergantung pada kemampuan orang tua untuk membawa bayi ke toilet tepat pada waktunya saat hendak buang air.
Oleh sebab itu, langkah pertama yang harus Bunda lakukan adalah melakukan observasi terlebih dahulu. Amati dan pelajari.
Cari tahu isyarat non-verbal atau tanda-tanda ketika bayi hendak mengosongkan kandung kemih dan isi perutnya. Perhatikan dengan seksama bagaimana bayi berperilaku ketika mengompol atau mengotori popoknya.
Apakah ia menggeliat, meringis atau gelisah? Perhatikan juga apakah bayi mendengus, mengeluarkan suara lain atau apakah wajahnya menjadi merah?
Selain itu, amati kapan bayi buang air kecil dan besar setiap selesai menyusu dan setelah tidur? Kalau perlu catat semua hasil observasi agar Bunda bisa lebih mudah memahami polanya.
Bawa ke toilet
Setelah mengetahui pola dan perilaku bayi ketika ingin pup atau pipis maka langkah selanjutnya adalah eksekusi.
Segera bawa si kecil ke toilet jika ia menunjukkan tanda-tanda ingin buang air. Atau berdasarkan pola yang kita amati.
Contoh, setiap baru bangun tidur atau setelah menyusu bayi biasanya pipis, maka Bunda bisa membawanya langsung ke toilet, tidak perlu menunggu lagi sinyal dari si kecil.
Selain ke toilet, Bunda juga bisa membawa bayi ke westafel untuk buang air. Ini sebagai alternatif untuk memudahkan Bunda yang bayinya masih newborn atau belum bisa duduk.
Bunda juga bisa menyiapkan potty atau WC jongkok di dekat bayi. Bayi yang sudah dapat didudukkan bisa menggunakan alat ini. Jadi ketika bayi mengirim tanda ingin pup atau pipis, kita bisa langsung segera mendudukkannya di atas potty.
Gunakan isyarat
Ketika bayi sudah berada di toilet atau duduk di potty-nya, maka ini saatnya Bunda untuk memberikan isyarat berupa suara-suara seperti, ssshhhhhhh, pissssshh, eeeeekkkkkkk.
Gunakan isyarat tersebut setiap bayi hendak buang air di toilet. Dengan begitu bayi mulai bisa mengasosiasi sensasi untuk buang air dengan sinyal verbal yang kita berikan.
Ketika sudah terbiasa, bayi akan memahami jika orang tuanya sudah mengeluarkan suara sssshhh atau pissssssh maka itulah waktunya ia untuk pup atau pipis.
Ulangi dan konsisten
Itulah tiga langkah dalam proses menatur bayi. Selanjutnya yang perlu Bunda lakukan tinggal mengulangi tahapan tersebut secara konsisten hingga si bayi paham dan terbiasa buang air di toilet.
Bunda juga bisa membangun kebiasaan membawa bayi ke toilet pada jam-jam tertentu sesuai jadwal sehingga si kecil nantinya bisa secara rutin buang air tepat waktu.
Gimana? Langkah-langkah menatur bayi cukup mudah, bukan? Namun untuk aktualisasinya tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Prosesnya panjang dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Seperti halnya toilet training pada umumnya, tatur pun membutuhkan kesabaran dan konsisten. Kendati demikian, tahapan mengenalkan anak pada toilet sejak dini jangan jadikan sebagai beban. Jika memang Bunda siap menerapkan tatur pada bayi, nikmati saja prosesnya.
Penutup
Toilet training pada bayi dengan metode EC atau tatur tidak serta merta dapat membuat bayi langsung bisa menggunakan toilet secara mandiri. Karena hal itu tentu baru akan terjadi ketika bayi sudah bisa berjalan.
Oleh karenanya, tidak ada target keberhasilan pada proses ini. Sehingga tidak masalah jika pada pelaksanaannya masih sering terjadi “miss” di mana bayi bayi buang kotoran di celananya.
Inti dari EC atau tatur hanyalah komunikasi bukan tentang melatih anak menggunakan toilet. Ini hanyalah cara bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan bayi akan buang hajat di tempat yang seharusnya sedini mungkin. Sebuah solusi agar bisa melepas ketergantungan orang terhadap popok sekali pakai pada anaknya.
Kekurangannya memang rempong di awal, namun bayi yang melalui proses tatur biasanya lebih cepat mahir menggunakan toilet ketimbang anak-anak yang tidak ditatur. Bahkan rata-rata dari mereka sudah bisa mandiri ke toilet sebelum menginjak usia 2 tahun.
Nah, siapa nih yang tertarik dengan metode ini atau adakah di antara Bunda yang sudah lebih dulu menerapkan elimination communication atau tatur . Boleh dong di-share pengalamannya di kolom komentar.
Sekian Jurnal Bunda kali ini. Semoga bermanfaat.
Baca ini jadi ingat lagi kenangan saat anak anak masih kecil
Asli, toilet training ini cukup menantang ya mbak
Aku pun juga pakai metode tatur ini
Alhamdulillah, sekarang semua sudah terlewati
Iya bener jaman kita bayik mah mana ada pospak? Ini krn generasi emak² yg semakin gak mau ribet, pilih yg gampang, jd terciptalah pospak. Padahal ternyata pemakaian popok kain itulah toilet training yaa
Toilet trend ini sangat penting karena akan mempengaruhi kehidupan anak sampai ke depannyaanak-anakny, dan memang dibutuhkan banyak Langkah supaya perjalanannya mulus. tidak selamanya mudah sih. membaca tulisan ini mendapatkan banyak pengetahuan baru yang menarik untuk diaplikasikan semangat terus para Bunda dan bapak yang sedang membesarkan anak-anaknya
Aku baru tau kalau bahasa kerennya tatur adalah elimination communication.
Jadi inget, anak pertamaku yang megang kan Ibuk ((mostly, karena kalau melahirkan selalu numpang Ibuk lagi, hehhee, manja)). Dan parenting zaman dulu kan yaa.. popok kain, kalo bisa dari lahir uda di tatur ini. Sungguh aku kasian, tapi mashaAllaa.. anakku kalo sama Ibuk tuh nurut. Gatau gimana komunikasinya yaa.. mungkin terasa sampai ke hati si anak yaa..
Sampai sekarang memang anak pertamaku kalo sama utinya ya, deket gitu.. bukannya anakku yang lain engga deket, tapi asa gimana yaa.. yang ngliat juga kayanya ngerti sii.. mesra gitu looo.. padahal jarang ketemu. Kan Ibuk di Surabaya, aku di Bandung.
Banyak juga yang akhirnya ‘merelakan’ dengan menggunakan popok dengan alasan praktis atau supaya anak dapat tidur yang cukup. Padahal ngga begitu juga kan…
Proses tatur ini memang butuh kesabaran orang tua dan kesiapan anak kita ya, kalau berhasil, anak jadi lebih percaya diri dan bangga merasa sudah gede, ortu bisa hemat popok sekali pakai hehe teteup ya irit..haha.
anakku sekarang sedang latihan toilet training nih. Andai ku tahu lebih awal pasti bisa dipraktekin sih ini. Anak anak jadi lebih bersih sih emang dan orang tua happy karena bisa hemat beli popok dong ya
Terima kasih banyak mba sharingnya sangat bermanfaat buat saya sebagai calon ibu. Tidak semua orang tua khususnya ibu memahamai mengenai Tatur atau EC ini dan perbedaannya dengan toilet training. Saya pun tadi hampir terkecoh bahwa keduanya adalah hal yang sama ternyata sangat jauh berbeda menurut pandangan saya, sampai bacanya beberapa kali.
Kesiapan orang tua ini yang justru menjadi tantangan ketika menjadi orang tua tapi belum memahami atau tidak memiliki pengetahuan soal tatur ini. Kita yang dekat dengan digital akan lebih mudah mendapatkan pengetahuan soal tatur ini, bagaimana dengan ibu-ibu yang kesehariannya jauh dengan dunia digital dan tidak mendapatkan sosialisasi dari pihak atau dinas kesehatan, jadi tantangan tersendiri mengenai penerapan tatur ini pada anak.
Jadi tau loh ada cara ini, bahkan dari bayi masih 0 bulan bisa dilakuin.
Dulu memang yg ngajarin anak2 ku ke toilet, babysitternya mba. Itu dari usia 1 THN tapi. Kalo tahu bisa dilatih pas masih lebih kecil , udah aku minta tolong dilatih 😂. Secara memang pospak itu ampuun dah mahalnya.
Tapi pastinya butuh kesabaran untuk melatih bayi tatur ini yaaa .
Waktu Saladin baby emang ngerasain harga pospak yg woww. Itu beli yg murah aja udh nguras kantong.
Tatur emang solusi yaa tapi bundanya jg kudu strong dan telaten gendong2 baby ke KM.
Asli keren banget dan pengen nerapi metode Tatur ini pada bayi, saat nanti di anugerahi anak. Masya Allah memang, sebetulnya pas adikku lahir Mama di rumah menerapkan metode ini juga, maklum kami anak 90-an kala itu popok bayi harganya masih lumayan juga dan kalau di telaah memang lebih ramah lingkungan ya, cuma ya memang kudu ekstra sabar dan selalu memperhatikan bayi, jika ia mulai menunjukkan tanda-tanda mau buang hajat karena kalau kita nya ga sigap ia bisa buang hajat di celana, cucian auto numpukkk.. Makanya sangat salut sama ortu jaman dulu yang super telaten. Memang setiap masa ada kelebihan dan kekurangannya juga. Semangat menerapkan toilet training pada bayi dengan metode Tatur.
Kudu diakui ortu jaman dulu lebih bijak…lebih ramah lingkungan dan mindfull dalam mendidik anak
klo ortu milenials atau GenZ..yaahhh bukan mau labelling/ pukul rata, cuma banyaaakkk bgt kasus d sekitarku, yg mana mereka tuh amat bergantung pd “inovasi” yg jujur ajaaaa bikin parents jd malessss 😆😆😆