Selamat Hari Anak Nasional. Setiap tanggal 23 Juli kita diajak untuk memperingati Hari Anak Nasional (HAN). Melalui peringatan ini diharapkan dapat menggungah kepedulian dan partisipasi seluruh komponen bangsa Indonesia dalam pemenuhan hak anak.
Hak yang dimaksud adalah hak hidup, tumbuh, berkembang, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Dilansir dari buku Pedoman Hari Anak Nasional tahun 2022, tujuan umum peringatan HAN adalah sebagai penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa.
Sejarah Hari Anak Nasional
Kenapa Hari Anak Nasional ditetapkan setiap tanggal 23 Juli? Kenapa bukan tanggal 1 Juni seperti Hari Anak Internasional atau sekaligus 4 Agustus saja, misalkan?
Adakah Bunda yang di pikirannya sempat terlintas pertanyaan seperti itu? Kalau iya, jawabannya tentu saja karena ada history di balik penetapan tanggal tersebut.
Dari beberapa artikel yang saya baca, sebelum ditetapkan setiap tanggal 23 Juli, HAN pernah dirayakan pada pekan kedua di bulan Juli, lalu berganti pada 1-3 Juni, pernah juga diperingati tanggal 6 Juni.
Kurang lebih sejarah singkatnya seperti ini. Dulunya peringatan ini disebut sebagai Hari Kanak-Kanak. Digagas pertama kali oleh Kongres Wanita Indonesia pada 1952. Dari gagasan tersebut muncullah Pekan Kanak-Kanak yang diperingati setiap pekan kedua di bulan Juli yang bertepatan dengan libur sekolah anak-anak.
Beberapa tahun setelahnya, peringatan pekan kanak-kanak ini berganti pada 1-3 Juni bersamaan dengan Hari Anak Internasional.
Namun kemudian karena Presiden Soekarno sering menghadiri peringatan Hari Kanak-Kanak sehingga Kongres Wanita Indonesia berinisiatif mengubahnya ke hari yang sama dengan hari lahirnya presiden pertama Indonesia yakni tanggal 6 Juni.
Nah, di masa Presiden Soeharto sejumlah kebijakan di era Orde Lama dihapus kemudian diganti dengan yang baru, termasuk terkait peringatan Hari Kanak-Kanak.
Hari Kanak-Kanak diganti oleh Soeharto pada 1984 sesuai dengan Keputusan Presiden RI Nomor 44 Tahun 1984 tentang Hari Anak Nasional.
Sebelumnya pada tanggal 23 Juli telah disahkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979, Tentang Kesejahteraan Anak. Tanggal dikeluarkannya peraturan mengenai kesejahteraan anak tersebutlah yang akhirnya dipilih sebagai Hari Anak Nasional Indonesia dan berlaku hingga saat ini.
Tema dan Logo Hari Anak Nasional 2022
Seperti dua tahun sebelumnya, peringatan Hari Anak Nasional 2022 masih mengusung tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” namun dengan tagline yang berbeda.
Karena tahun 2022 ini telah memasuki pasca pandemi sehingga subtema yang dipilih yaitu :
- Peduli Pasca Pandemi COVID 19
- Anak Tangguh Pasca Pandemi COVID 19
- Anak Tangguh Indonesia Lestari
Masyarakat dapat ikut memeriahkan peringatan HAN tahun ini dengan membuat konten ucapan selamat Hari Anak Nasional 2022 yang kemudian dapat diunggah ke akun media sosial masing-masing disertai tagline #PeduliPascaPandemiCOVID19 #AnakTangguhPascaPandemiCovid19 #AnakTangguhIndonesiaLestari
Adapun logo yang digunakan untuk memperingati Hari Anak Nasional 2022 memiliki tiga filosofi utama, yakni:
- 3 Anak memegang bendera merah putih. Setiap anak termasuk anak disabilitas memiliki cita-cita yang dapat diraih dengan doa, semangat, serta dukungan dari keluarga. Anak sebagai generasi penerus bangsa, perlu didukung dan dilindungi, agar tumbuh sebagai manusia dewasa yang berjiwa Pancasila di bawah naungan sangsaka merah putih.
- Warna Merah dan Putih. Menjadi kebersamaan dan nasionalisme anak-anak Indonesia untuk tetap kreatif dan bersemangat tetap saling mendukung dalam melewati masa sulit.
- Garis berwarna abu. Situasi pasca pandemi COVID-19, yang berdampak pada dunia anak dengan perubahan pola hidup, tetap harus diupayakan terpenuhi haknya, bergembira dan penuh kreativitas, dalam perlindungan keluarga.
Memaknai Hari Anak Nasional
Seperti yang sudah disinggung di atas, peringatan HAN merupakan momentum agar kita semua dapat berpartisipasi dalam pemenuhan hak-hak anak.
Sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Jika kita menengok beberapa tahun ke belakang, kita akan melihat banyak kasus kekerasan yang menimpa anak-anak.
Dilansir dari orami.co.id, mengutip Simfoni PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak) berikut data persentase kekerasan pada tahun 2020 – 2021.
- Tahun 2020 tercatat jumlah korban kekerasan yang melapor mencapai 20.501 dengan 56,5% korbannya adalah anak-anak.
- Tahun 2021 jumlah korban kekerasan yang melapor meningkat sebanyak 25.210 dengan 56,5% korbannya adalah anak-anak
- Ada kenaikan sebesar 4.709 jumlah korban kekerasan yang melapor di tahun 2021 dibandingkan pada tahun 2020 namun persentase korban anak-anak (0 – 17 tahun) masih sama yaitu di angka 56,5%
Dari data tersebut menunjukkan ada kenaikan kasus kekerasan pada anak di tahun 2022 dibanding tahun 2021. Dimana 2 tahun berturut-turut, korban anak selalu lebih dari separuh jumlah keseluruhan laporan.
Sedangkan berdasarkan tempat kejadiannya, kasus kekerasan paling banyak terjadi di lingkungan rumah tangga, yang mengindikasikan bahwa kekerasan pada anak di bawah umur dilakukan oleh kerabat dekat. Sangat miris mengetahui fakta tersebut.
Seperti baru-baru ini, ada kasus anak usia 5 tahun di Gorontalo yang kehilangan nyawanya akibat kekerasan yang dilakukan oleh keluarganya sendiri.
Si korban yang seharusnya mendapat curahan kasih sayang dan perlindungan dari orang tuanya justru mendapat perlakuan tidak wajar.
Dari berita yang saya baca, si anak yang baru berusia 5 tahun itu kerap menerima kekerasan fisik dari ibu tiri, nenek tiri dan bahkan ayah kandungnya sendiri.
Kasus anak yang mengalami kekerasan hingga merengut nyawa juga terjadi di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Namun pelakunya di sini bukan keluarga melainkan teman-temannya.
Kabarnya si anak kerap di-bully. Sadisnya, teman-teman yang melakukan perundungan itu memaksanya untuk menyetubuhi kucing sambil direkam. Video tersebut kemudian disebar ke media sosial, membuat si anak malu dan berujung depresi.
Selama sepekan si korban terlihat murung, sering melamun bahkan tidak mau makan dan minum hingga akhirnya mengalami sakit keras dan nyawanya tidak tertolong saat dirawat.
Ada pula kasus anak penyandang disabilitas di Bekasi yang sempat berhasil menyelamatkan dirinya dengan kabur dari rumah. Ia ditemukan oleh tetanggannya dengan kondisi kaki di rantai dan tubuh yang kurus kering.
Anak itu terlihat sangat kelaparan. Ketika diberi makan oleh tetangganya ia makan dengan sangat lahap. Setelah diselidiki ternyata si anak yang berusia 15 tahun ini sering tidak diberi makan dan kerap mendapat penyiksaan dari ayah kandung dan ibu tirinya.
Kondisi anak yang memprihatinkan itu dilaporkan ke polisi. Tapi apa tindakan polisi? Si anak malah dikembalikan ke orang tuanya.
Para tetangga ingin prostes tapi tidak berani menghadapi ayahnya yang tampak sangar. Akhirnya salah seorang tetangganya berinisiatif memposting keadaan si anak di media sosial. Postingan tersebut pun viral dan kemudian mendapat perhatian dari Kak Seto Sahabat Anak dan Dinas Sosial.
Kini anak disabilitas yang kerap dianiaya oleh orang tuanya itu aman di bawah perlindungan Dinas Sosial dan telah dirujuk pula ke rumah sakit untuk ditangani kondisi kesehatan dan kekurangan gizinya.
Itu beberapa contoh kasus kekerasan terhadap anak yang baru-baru terjadi. Belum terhitung dengan kasus lainnya yang belum terekspos dan juga kasus kekerasan seksual yang sering menimpa anak-anak.
Selama kekerasan dan tindakan diskriminasi masih sering terjadi selama itu pula anak-anak Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Pemenuhan terhadap hak-hak anak ini yang harus kita perjuangkan.
Itulah pentingnya diperingati Hari Anak Nasional sebagai momentum untuk menggugah kesadaran semua lapisan masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam pemenuhan hak-hak anak.
Bukan hanya tugas orang tua maupun pemerintah lho namun kita semua punya tanggung jawab untuk memastikan anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan bahagia serta terbebas dari segala bentuk kekerasan maupun diskriminasi.
Ingat, masa depan bangsa Indonesia berada di tangan anak-anak. Mereka adalah generasi penerus bangsa. Apa jadinya bangsa ini jika anak-anak Indonesia sering menjadi korban kekerasan.
Jika pun tidak sampai meregang nyawa, kekerasan yang mereka peroleh jelas meninggalkan luka yang mendalam. Mereka akan mengalami trauma yang sulit hilang bahkan membekas hingga dewasa.
Akibat trauma tersebut mereka akan sulit mengembangkan potensi dirinya. Pun bukan tidak mungkin mereka memperlakukan anak-anaknya kelak sama seperti perlakuan buruk yang mereka terima semasa kecil.
So far, kasus kekerasan terhadap anak tidak bisa dianggap sepele. Termasuk kasus perundungan yang pelakunya adalah teman-teman sebayanya.
Mengapa bisa anak-anak yang masih usia belasan melakukan perbuatan kejam terhadap anak yang lain? Mengapa di usia yang masih sangat dini mereka bisa memiliki moral sebejat itu? Bagaimana cara orang tuanya mengasuh mereka di rumah? Bagaimana guru-gurunya mendidik mereka di sekolah?
Tentu, kasus perundungan sadis yang dilakukan oleh anak-anak sudah seharusnya menjadi bahan intropeksi bagi orang dewasa terutama orang tuanya.
Kita mungkin sudah sering mendengar pepatah “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Ya, umumnya, anak-anak adalah cerminan dari orang tuanya. Pembentukan sifat dan karakter mereka tidak terlepas dari pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua sedari kecil.
Oleh karenanya, ketika anak-anak berbuat kenakalan kita tidak bisa mengesampingkan peran orang tua karena merekalah yang memiiliki tanggung jawab besar atas anak-anaknya.
Semenjak dianugerahi anak saya menyadari sungguh tidak mudah menjadi orang tua. Apalagi mendidik anak-anak zaman sekarang, begitu besar tantangannya.
Tidak dimungkiri, banyak anak yang rusak moralnya bahkan terjerat kenakalan remaja karena pengasuhan yang salah dan terpengaruh lingkungan yang buruk.
Meski demikian masih banyak juga anak-anak di luar sana yang tumbuh dengan baik dan berprestasi berkat didikan dari kedua orang tuanya.
Salah satu sosok orang tua yang saya anggap berhasil mendidik anaknya hingga sukses dunia akhirat adalah Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat.
Berawal dari viralnya kisah Eril, putra sulungnya yang wafat tenggelam di sungai Aare dan didoakan oleh jutaan orang saya jadi tertarik mengikuti perkembangan berita yang di-update oleh Ridwan Kamil dan istrinya.
Honestly saya bukan tipe orang yang suka mengikuti akun Instagram para artis maupun pejabat. Namun belakangan saya memutuskan untuk mengikuti akun Instagram orang tua Eril.
Niat awalnya biar nggak ketinggalan berita tentang Eril tapi makin ke sini saya makin suka dengan konten-konten yang dibuat oleh keduanya.
Sebagaimana yang sudah saya tuliskan sebelumnya, semasa hidup Eril dikenal sebagai pemuda yang murah hati dan sangat gemar berbagi.
Walau memiliki privelege sebagai anak pejabat tapi Eril tidak angkuh. Privelege yang dimilikinya justru ia manfaatkan untuk berbagi terhadap sesama. Setelah kepulangannya baru diketahui bahwa ketika masih hidup ternyata Eril suka bersedekah secara diam-diam.
Ini menjadi salah satu amalan rahasia Eril sehingga kepulangannya menghadap Ilahi begitu Indah. Pulang dalam keadaan husnul khatimah, akhir hidup yang menjadi cita-cita terbesar umat muslim.
Eril dapat tumbuh menjadi anak yang membanggakan dan menemui akhir hidup yang baik tentu tidak terlepas dari peran kedua orang tua dalam mengasuhnya.
Ridwan Kamil lewat salah satu postingannya di feed Instagram bercerita mengenai 2 nasihat yang sering beliau obrolkan dengan kedua anaknya, Eril dan Zara.
Salah satu nasihatnya adalah “Musuhmu adalah Dirimu Sendiri. Pemimpin yang terkenal bijak dan humoris itu sering menasihati Eril dan Zara agar setiap hari mau berjuang melawan sisi-sisi buruk sifat manusia. Melawan sifat negatif yang mungkin muncul, seperti kesombongan, keserakahan, kemalasan, kepelitan, kesia-siaan, gaya hidup penuh kemudarathan, dll.
Siapa sangka nasihat tersebut terpatri kuat dalam diri Eril hingga menjadi filosofi utama dalam menjalani hidupnya. Nasihat kedua dari Ridwan Kamil untuk anak-anaknya juga tidak kalah berharga. Nasihat yang dikutip dari hadis Nabi.
“Eril, ingat manusia paling mulia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi masyarakat”
Nasihat yang tampak kecil dan sederhana tapi menjadi pegangan kuat bagi Eril. Menjadi sebaik-baik mahluk yang kehadirannya bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya.
Dari konten-konten yang diunggah Ridwan Kamil dan istrinya Atalia Praratya, kita dapat melihat betapa harmonisnya keluarga Gubernur Jabar ini. Baik Kang Emil maupun Bu Cinta (begitu keduanya akrab disapa) terlihat sangat dekat dengan anak-anaknya.
Saat bekerja pun Kang Emil seringkali ditemani oleh Arkana Aidan Misbach, anak yang diadopsinya pada Hari Anak Nasional dua tahun lalu. Tidak hanya dekat dengan Arkana, Kang Emil juga terlihat begitu akrab dengan anak perempuannya, Zara.
Memang sih apa yang ditampakkan di media sosial media tidak selamanya semanis kenyataan. Namun kita bisa menilai sendiri. Apalagi Ridwan Kamil dikenal sebagai Broadcaster of Daily Happiness.
Beliau sendiri mengaku bahwa menghibur orang lain dengan menebar kebahagiaan adalah healing baginya. Bahkan di tengah duka yang menimpa keluarganya dengan kepulangan sang putra sulung tercinta beliau masih bisa melayangkan humor.
Sebagai seorang ayah yang ditinggal anak pastilah Kang Emil merasakan kesedihan yang mendalam, tapi ujian tersebut tidak lantas membuatnya larut dalam duka yang lama.
Dengan segera beliau memulihkan diri dan menghibur masyarakat serta para followers-nya. Ya, sesuai dengan julukannya, di media sosial beliau memang suka membagikan kebahagiaan dan itu bukan suatu pencitraan.
Begitu pula dengan Bu Cinta. Kehilangan anak pertama begitu menyayat hati namun beliau mampu dengan tegar dan ikhlas menerima ujian tersebut sebagai ketetapan Tuhan yang tidak bisa dihindari. Bersyukurlah kita yang masih dikaruniai anak lengkap.
Sebagai orang tua, kita memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan anak-anak. Kepribadian, karakter dan moral yang mereka bawa hingga dewasa kelak sangat bergantung pada didikan dan pengasuhan yang diterapkan orang tua sejak kecil.
Namun yang perlu dipahami, meski mereka adalah darah daging kita bukan berarti anak sepenuhnya adalah milik kita lantas kita merasa berhak untuk mengatur semua kehidupannya.
Anak-anak memiliki haknya sendiri, mereka berhak tumbuh dengan sehat dan bahagia. Mereka berhak atas penghidupan yang layak. Mereka berhak menggapai cita-cita sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Mereka berhak dilindungi dari segala bentuk kekerasan, baik fisik, verbal maupun seksual. Mereka juga berhak untuk mendapat perlakukan yang baik tanpa adanya diskriminasi.
Sebagai orang dewasa kitalah yang bertanggung jawab untuk mememuhi apa-apa yang seharusnya menjadi hak anak. Demikianlah tugas kita sebagai orang, memastikan anak-anak mendapatkan haknya bukan malah merengut hak tersebut dan membiarkan mereka tumbuh dalam penderitaan.
Penutup
Sebagai penutup saya ingin mengutip pesan Ridwan Kamil di Hari Anak Nasional 2022.
Anak adalah titipan Tuhan yang diberikan kepada kita untuk dirawat dengan kasih sayang, disirami cinta kasih sampai saatnya kita lepas, bersiap menjalani kehidupan dan takdir mereka sendiri.
Ya, anak-anak adalah titipan Tuhan. Namanya titipan sewaktu-waktu akan dipanggil kembali oleh pemilik-Nya. Namun meski anak-anak bukan sepenuhnya milik kita, mereka adalah amanah.
Amanah yang sudah semestinya kita jaga dengan baik. Kita rawat dengan penuh kasih sayang. Kita besarkan dengan pengasuhan yang baik. Kita lindungi hak-haknya. Kita didik dengan benar. Kita tanamkan nilai-nilai keimanan dan kebaikan agar mereka dapat tumbuh menjadi sebaik-baik makhluk. Menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesamanya.
Selamat Hari Anak Nasional 2022. Semoga ke depannya tidak ada lagi anak-anak di negeri ini yang menjadi korban kekerasan. Mari kita turut berjuang memenuhi hak-hak mereka. Dimulai dari rumah kita masing-masing, tentunya.
Jurnal kali ini juga sekaligus menjadi reminder bagi diri saya pribadi yang masih terus belajar untuk menjadi Bunda yang baik untuk anak-anak saya.
[…] dan mengarahkan si kecil sesuai dengan bakat dan minatnya merupakan salah satu hak anak yang harus kita penuhi. Ya, anak berhak memilih bidang yang sesuai dengan […]
Sedih ya melihat perkembangan berita tenggelamnya Eril. Pastinya Bapak dan Ibu Ridwan Kamil sudah berada di titik keikhlasan yang amat sangat ya mbak. Semoga Eril bisa menjadi perisai di akhirat kelak
Aku baru tahu kalau ada logo khusus hari anak. Memang kekerasan anak di keluarga itu masih merajalela yang mana sebagai orang tua harusnya melindungi anak-anak. Semoga kita menjadi orang tua yang benar-benar amanah, mendidik dan menjaga bua hati karena anak adalah titipan Tuhan.
Orang tua emang madrasah pertama bagi anak-anaknya jd harus mengambil perang lebih di bidang tersebut agar mnciptakan anak-ana yg bermanfaat bagi dirinya sendiri, ummat dan bumi ini
😭 naik terus ya mbak angka kekerasan pada anak. Baru baru ini yang bikin geleng-geleng. Semoga dengan momentum hari anak Nasional, mengingatkan bahwa anak adalah aset yang harus dijaga bukan dizholimi
Di hari anak tahun ini memang menjadi tahun pembelajaran bagi orang tua melalui beberapa kasus anak di Indonesia dan juga pak Gubernur Jabar beserta keluarga yang menjadi inspirasi tentang pengasuhan anak
ehh kok kita sama, sebelumnya saya juga tidak begitu memperhatikan postingan Bapak Gubernur, eehh setelah kepergian anaknya itu saya jadi suka intip-intip postingan Beliau juga Istrinya, Bu Cinta, sungguh couple goals ya yang bisa memberikan contoh mendidik anak dengan penuh cinta, anak-anaknya pun juga tumbuh dengan sederhana dan tidak bermewah-mewah, salut buat mereka.
yaaa, anak adalah titipan yang mana. harus kita jaga sepenuh hati dan kita pun juga harus siap sedia kapan saja ketika titipan itu diambil kembali oleh PemilikNya.