Cara toilet training yang efektif seperti apa? Ketika ingin melatih anak untuk buang air besar dan buang air kecil di toilet, tentu kita ingin prosesnya berjalan lancar dan tidak sampai berlarut-larut.
Namun pada kenyataannya memang tidak mudah menerapkan potty training. Terlebih jika Bunda memulainya tanpa perencanan dan persiapan sama sekali.
Tentu akan banyak ‘drama’ yang terjadi. Bukan hanya Bunda yang kesulitan dan kewalahan, anak pun akan merasa tertekan. Jika sudah demikian, hasilnya bisa saja berjalan tidak sesuai dengan yang Bunda harapkan.
Oleh karenanya, sebelum memutuskan untuk melatih si kecil menggunakan toilet, sebaiknya Bunda cari tahu dulu trik dan tips toilet training yang efektif untuk anak.
Nah, Jurnal Bunda kali ini akan mengulas cara efektif mengajari anak latihan pispot. Yuk, simak langkah-langkahnya berikut ini!
Cara Toilet Training Anak yang Efektif
Toilet training merupakan salah satu tahap perkembangan yang penting bagi anak. Pada tahap ini, orang tua melatih anak agar bisa mengontrol hasrat atau keinginan buang air serta mampu menggunakan toilet secara mandiri.
Berikut ini beberapa cara efektif untuk toilet training anak yang bisa orang tua terapkan di rumah :
Kenali tanda kesiapan anak
Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda sehingga usia tidak bisa orang tua jadikan sebagai patokan untuk menilai siap atau tidak siapnya anak berlatih pispot.
Kesiapan untuk potty training bisa orang tua lihat dari kematangan fisik dan psikis yang umumnya muncul pada anak dalam rentang usia 18 bulan-24 bulan.
Pada usia tersebut, anak biasanya sudah memiliki kemampuan di antaranya dapat duduk, berdiri dan berjalan secara sempurna, sudah bisa berkomunikasi dan mengutarakan rasa ketidaknyamanan serta mengerti dengan perintah sederhana yang kita berikan.
Semua indikator atau kemanpuan tersebut sangat diperlukan selama proses latihan potty berlangsung. Selain itu, anak juga sudah bisa memberikan isyarat atau pertanda yang menunjukkan bahwa ia siap menggunakan toilet.
Tanda-tanda tersebut antara lain, anak menunjukkan minat terhadap toilet, anak mulai merasa tidak nyaman dan jijik dengan kotoran yang ada di popoknya, BAB atau BAK anak mulai teratur, popok anak tetap kering selama dua jam atau lebih.
Bahkan tanda yang nampak jelas adalah anak sudah bisa menyampaikan keinginannya untuk buang air walaupun itu baru berupa kata sederhana seperti “pup” atau “pipis” atau menggunakan bahasa tubuhnya.
Nah, tugas orang tua di sini harus mampu mengenali dan memahami tanda kesiapan anak. Ketika tanda-tanda tersebut muncul maka itulah waktu yang terbaik untuk memulai melatih anak menggunakan toilet dengan benar dan teratur.
Stimulasi anak agar lebih siap
Anak memang sudah menunjukkan tanda kesiapan untuk berlatih potty, namun dia masih belum bisa bicara dengan jelas, atau belum bisa melepas dan memakai celananya sendiri.
Tidak masalah. Kemampuan bicara anak usia 18-24 bulan memang masih terbatas dan itu normal. Pengalaman saya sendiri, memulai toilet training si sulung di usia 2 tahun lebih dengan kondisi speech delay.
Saat itu Zhaf memang belum bisa ngomong dengan jelas tapi ada bahasa tubuh yang ia tunjukkan Jadi nggak mesti nunggu anak pintar bicara dulu baru ajarin buang air di toilet. Yang terpenting adalah orang tua peka menangkap isyarat yang anak berikan.
Lagipula toilet training bukan proses yang instan, yang baru sekali dua kali berlatih anak langsung mahir menggunakan toilet sendiri. Melainkan ada tahapan atau proses yang harus anak lalui sampai ia benar-benar mampu toilet independent.
So far, kalau sudah melihat tanda kesiapan anak, sembari mencari timing yang pas untuk memulai latihan potty sebaiknya kita berikan stimulasi dulu.
Jika anak belum pandai bicara dan belum bisa melepas atau mengenakan celananya sendiri, tetap harus kita ajari agar pada saat toilet training berlangsung kondisinya sudah lebih siap.
Kenalkan pada toilet
Sebelum memulai latihan, Bunda juga perlu mengedukasi anak terlebih dahulu tentang kegunaan toilet.
Bunda bisa mengenalkan lewat membacakan buku cerita secara nyaring (read aloud) atau menonton video bertemakan toilet training bersama anak sambil menjelaskan dengan kalimat sederhana yang mudah ia pahami.
Bunda juga bisa langsung membawa si kecil ke toilet. Saat mengganti popoknya jelaskan bahwa toilet adalah tempat yang tepat untuk buang air dan karena sudah besar maka sudah waktunya iabuntuk belajar buang kotoran di toilet, bukan lagi di popok.
Biasakan anak mengenakan celana dalam biasa
Untuk memotivasi anak agar semangat berlatih pispot, ajak berbelanja pakaian atau celana dalam baru dan biarkan ia memilih sendiri motif dan warna favoritnya.
Sampaikan bahwa celana tersebut yang akan ia pakai selama latihan potty. Selanjutnya, biarkan si kecil berativitas di rumah tanpa menggunakan popok. Dengan begitu anak bisa mengenali rasa tidak nyaman ketika celananya basah atau terdapat kotoran.
Bunda pun bisa lebih mudah mengamati dan mencatat waktu buang air si kecil ketika ia hanya mengenakan celana dalam biasa.
Observasi ini penting, tujuannya adalah untuk mengetahui pola BAB atau BAK si kecil, karena selanjutnya Bunda harus membuat jadwal rutin untuk anak menggunakan toilet.
Jangan lupa ingatkan si kecil bahwa ia tidak sedang menggunakan popok, jadi kalau mau mau pipis atau pup harus bilang ke orang tua atau langsung pergi ke toilet.
Kalau pun anak masih sering ngompol atau BAB di celananya, tidak perlu sampai memarahi. Segera bawa ia ke toilet dan cukup ingatkan lagi kalau ingin buang air, tempatnya di kamar mandi atau toilet, bukan di celana. Ibu juga bisa sekaligus ajarkan ia melepas celananya yang kotor.
Contohkan cara menggunakan toilet
Saat melatih anak menggunakan toilet tidak cukup dengan hanya mengenalkan, melainkan Bunda juga harus memberikan contoh cara menggunakan toilet yang benar, termasuk menjelaskan adab-adab di toilet.
Misalnya masuk ke toilet harus menggunakan kaki kiri dan keluar menggunakan kaki kanan. Bagi Bunda yang beragama muslim bisa sekaligus mengajari doa masuk dan keluar WC atau toilet.
Selanjutnya, tunjukkan cara duduk atau jongkok di toilet dengan benar. Misalkan di rumah hanya ada kloset jongkok maka Bunda bisa langsung terapkan toilet training WC jongkok yang biasanya sudah bisa dipraktikkan anak usia 2 tahun.
Ajari juga cara membersihkan alat kelamin serta toilet yang ia gunakan setelah BAB atau BAK.
Pastikan anak tahu bahwa tangan yang digunakan untuk membersihkan area tubuh yang mengeluarkan kotoran adalah tangan kiri. Ajari dan biasakan juga anak untuk mencuci tangan setiap selesai buang air.
Gunakan pispot atau dudukan toilet
Nah, kalau anak masih kesulitan saat buang air di toilet jongkok, Ibu bisa mengenalkan penggunaan pispot khusus anak kepadanya.
Namun tetap beri pemahaman pada anak bahwa pispot hanya tempat sementara khusus untuk buang air. Selanjutnya kalau sudah lancar ia harus buang air di toilet.
Sedangkan jika menggunakan kloset model duduk di rumah, Bunda bisa belikan si kecil dudukan toilet dengan motif yang lucu dan warna yang menarik. Hal ini dapat menarik perhatian si kecil sehingga ia akan semangat buang air di toilet.
Bunda bisa pilihkan si kecil dudukan toilet yang memiliki injakan kaki atau sandaran punggung sehingga membuatnya lebih nyaman saat berlatih potty.
Buat jadwal rutin BAB dan BAK
Cara efektif mengajarkan anak menggunakan toilet berikutnya adalah dengan membuat jadwal rutin BAB dan BAK.
Amati dan catat waktunya, kapan anak biasanya pipis atau pup. Biasa di pagi hari setelah baru bangun tidur, saat mandi, setelah makan dan minum atau pada malam hari menjelang tidur.
Dengan mengetahui polanya akan memudahkan Bunda dalam membuat jadwal pup dan pipis si kecil sekaligus mengantipasi anak ngompol atau pup di celana.
Berikan apresiasi
Jangan lupa berikan si kecil pujian setiap kali ia berhasil menggunakan toilet. Kalimat sederhana yang kita ucapkan seperti “Wah, keren, anak Bunda sudah besar ya, sudah bisa pipis di toilet sendiri” atau “good job, Nak” sambil mengancungi jempol lalu memeluknya terlihat sederhana namun bagi anak itu adalah hal yang berkesan dan bisa membuatnya senang.
Tidak ada salahnya juga lho jika sesekali kita memberikan anak hadiah sebagai reward atas usahanya yang mau berlatih toilet training dengan rajin.
Adanya apresiasi baik dalam bentuk pujian maupun hadiah akan membuat anak merasa toilet training adalah proses belajar yang menyenangkan. Jika anak merasa senang pastinya ia juga akan semakin semangat untuk berlatih.
Jangan beri hukuman dan memaksa anak
Ingat, Bunda sedang melatih anak usia dini yang belum mengerti banyak hal, kemampuannya pun masih terbatas. Sehingga wajar jika selama latihan potty anak masih sering buat kesalahan seperti masih suka ngompol di celana walau pun Bunda sudah ajari dan ingatkan berkali-kali.
Kesalahan tersebut tidak harus Bunda tanggapi dengan memarahi dan memberinya hukuman. Sebaliknya, Bunda harus bisa tetap tenang dan sabar menghadapi si kecil.
Hukuman atau kemarahan yang kita luapkan hanya akan membuat anak takut dan malah tidak ingin lagi berlatih. Karena itu sebisa mungkin Bunda harus menciptakan kondisi yang menyenangkan saat mengajari anak menggunakan toilet.
Bunda juga tidak perlu memaksa anak melakukan semua tahapan penggunaan toilet dengan benar. Biarkan ia melakukan sesuai dengan kemampuannya secara bertahap.
Jangan pula memaksakan si kecil jika tiba-tiba ia menolak untuk buang air di toilet. Bunda bisa membujuk pelan-pelan tapi jangan sampai memaksa kalau ia tidak mau melakukannya.
Sabar dan konsisten
Kunci dari keberhasilan toilet training adalah kesabaran dan kekonsistenan Bunda dalam menghadapi dan mendampingi si kecil.
Memang latihan ini tidak mudah dan penuh tantangan. Bunda harus meluangkan waktu, tenaga bahkan pikiran. Proses yang sangat melelahkan dan menguji kesabaran.
Namun percayalah, selama Bunda bisa sabar dan telaten melatih, niscaya cepat atau lembat anak akan bisa menggunakan toilet secara mandiri.
Penutup
Sebenarnya ada berbagai cara toilet training yang bisa Bunda terapkan untuk si kecil. Namun jika ingin latihan potty berjalan efektif, mulailah dengan mengenali tanda kesiapan anak, kemudian beri stimulasi agar anak bisa lebih siap.
Selanjutnya biarkan anak mengenal toilet dan kegunaannya terlebih dahulu. Sedangkan pada saat latihan, lepas popok anak dan biarkan ia hanya mengenakan celana dalam biasa. Tunjukkan padanya cara menggunakan toilet yang benar lalu atur jadwal.
Jika anak masih merasa kesulitan belajar buang air di toilet orang dewasa, Bunda bisa mengajari anak menggunakan pispot atau dudukan toilet terlebih dahulu.
Penting untuk memberikan anak apresiasi setiap kali ia berhasil menggunakan toilet namun jangan sampai memberikan ia hukuman atau memaksanya untuk buang air di toilet si anak tidak mau melakukannya.
Bunda harus tetap sabar dan konsisten dalam melatih si kecil sampai ia benar-benar bisa toilet independent. Tidak mudah tapi pasti bisa terlewati. Yuk, semangat!
Sekian Jurnal Bunda kali ini