Peran orang tua Mengajarkan Ibadah Ramadan pada Anak Usia Dini

Peran orang tua di bulan ramadan

Ramadan 1444 H sudah di depan mata. Tinggal menghitung hari, bulan yang selalu dirindukan kehadirannya ini akan menyapa kembali.

Ramadan selalu dinanti oleh umat muslim karena merupakan bulan yang penuh dengan keistimewaan. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan.

Pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, ditutup pintu-pintu neraka dan setan-setan dibelenggu

Setiap amalan yang dilakukan di bulan ramadan akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan hingga 700 kali lipat. Bahkan khusus untuk amalan puasa, Allah lipatgandakan pahalanya sampai tidak terhingga. Maa syaa Allah.

Keutamaan yang hanya didapatkan di bulan suci inilah yang menjadikan ramadan sebagai momentum yang tepat untuk memanen pahala sebanyak-banyaknya.

Namun jangan karena fokus mengejar amalan ibadah selama ramadan kita sampai luput dengan peran sebagai orang tua ya, Bun.

Pikirnya mungkin karena anak belum masuk usia baligh sehingga kita merasa belum perlu melibatkan ia dalam ibadah ramadan.

Padahal justru orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mengajarkan ibadah ramadan kepada anak sedini mungkin.

Semakin cepat kita mengenalkan anak pada amalan yang berbuah pahala di bulan ramadan tentu semakin baik. Jadi tidak harus menunggu anak akil baligh dulu baru dilatih berpuasa dan mengerjakan ibadah ramadan lainnya.

Pentingnya mengajarkan ibadah ramadan kepada anak sejak dini

Puasa ramadan bersama anak
Gambar : Freepik

Menahan diri untuk tidak makan dan minum serta hawa nafsu dari terbit matahari hingga terbenamnya matahari tentu bukan hal yang mudah dilakukan oleh seorang anak. Apalagi tanpa diajarkan sebelumnya.

Ibaratnya kita langsung menodongkan sebuah soal untuk anak yang baru masuk SD. Materi terkait soal tersebut belum pernah diberikan kepadanya, dikenalkan pun tidak.

Pertanyaannya, apakah seorang anak SD bisa mengerjakan soal yang tidak pernah dipelajarinya?

Tentu dia akan merasa berat mengerjakan soal tersebut bahkan tidak mampu menyelesaikannya.

Kurang lebih seperti itu yang akan dialami anak usia baligh ketika menjalankan ibadah puasa pertama kali. Karena tidak dikenalkan dan dilatih sebelumnya, ia akan kesulitan menjalankan puasa dan ibadah ramadan lainnya.

Beda halnya dengan anak yang sedari dini memang sudah dilibatkan dalam kegiatan ibadan di bulan ramadan.

Ia akan menjalankan ibadah puasa dengan senang hati tanpa merasa terpaksa sama sekali.

Apalagi ketika ia sudah paham bahwa puasa ramadan merupakan ibadah wajib yang diperintahkan oleh Allah ta’ala, begitupula dengan ibadah lainnya.

Tentulah ia akan bersemangat menyambut bulan suci penuh berkah ini dan menjalankan ibadah ramadan dengan niat ikhlas karena Allah.

Di sinilah dibutuhkan peran orang tua sebagai sosok teladan yang dapat mengenalkan, melatih dan membimbing anak untuk mengerjakan ibadah ramadan yang nanti akan menjadi kewajibannya juga setelah akil baligh.

Peran orang tua dalam mengajarkan ibadah ramadan kepada anak

Salah satu ibadah di bulan ramadan adalah puasa. Namun tentu ramadan bukan hanya tentang puasa. Masih banyak ibadah lainnya perlu dikenalkan ke anak.

Tujuan dari pengenalan dan pengajaran ini adalah agar ketika memasuki usia baligh atau usia yang telah diwajibkan berpuasa anak sudah terbiasa dan tidak lagi merasa berat mengerjakannya.

Untuk menjalankan peran ini secara optimal tentu saya membutuhkan ilmu untuk memberikan pola asuh yang baik. Selain dari buku-buku bacaan saya juga kerap menjadikan artikel-artikel dari website islam dan ceramah-ceramah para ustad di channel youtube mereka yang saya akses menggunakan Wifi Rumah sebagai referensi.

Lantas apa saja sih peran orang tua dalam mengajarkan ibadah ramadan kepada anak? Yuk kita bahas!

Awali dengan menanamkan pentingnya niat

Sebelum mengajari anak puasa, shalat, sedekah dan ibadah ramadan lainnya, sebaiknya anak sudah harus dipahamkan lebih dulu mengenai niat.

Mengapa niat? Mengapa bukan yang lain?

Ya, karena hal ini berkaitan dengan ibadah dan salah satu syarat utama diterimanya ibadah adalah niat yang lurus (ikhlas lillaahi ta’ala).

Setidaknya dengan pemahaman ini anak bisa lebih mudah diajak untuk mengerjakan amalan apapun itu baik shalat, puasa, bersedekah dan lain sebagainya ikhlas karena Allah, bukan karena terpaksa, disuruh atau ikut-ikutan.

Menjadi panutan yang baik bagi anak

Anak adalah peniru ulung. Apalagi anak yang masih dalam pertumbuhan. Biasanya suka meniru apa yang orang tuanya lakukan.

Namun bukan semata-mata karena alasan tersebut sehingga kita berusaha menjadi teladan baginya. Ditiru atau tidak kita tetap harus memberikan contoh yang baik kepada anak. Termasuk di bulan ramadan ini.

Biarkan anak melihat aktivitas ibadah yang kita lakukan dan tanggapi dengan lembut dan sabar ketika ia mulai banyak bertanya karena penasaran. Tentu ini bisa menjadi langkah awal mengenalkan anak pada amalan-amalan wajib maupun sunnah yang ada di bulan suci.

Mengenalkan konsep puasa dengan cara menyenangkan

Anak usia dini memang belum dikenakan kewajiban untuk menjalankan ibadah puasa. Namun tidak ada salahnya mengajarinya dari sekarang.

Karena seperti yang dipaparkan di atas, justru lebih baik mengajari anak berpuasa sejak dini agar ia tidak merasa berat melaksanakannya saat sudah baligh.

Apalagi ketika kita mengajarinya konsep puasa dengan cara yang menyenangkan. Misal dengan mengajaknya nonton kartun bertema puasa di youtube dengan menggunakan Wifi Rumah IndiHome agar akses internet stabil, atau lewat buku-buku anak tentang ramadan yang kita bacakan secara nyaring (read aloud).

Termasuk juga cara yang cukup efektif mengenalkan anak konsep puasa adalah mendengarkan lagu-lagu islami atau nasyid yang liriknya seputar puasa dan ramadan. Anak-anak pasti suka.

Oh ya, maksud mengajari anak usia dini berpuasa di sini adalah sebagai pengenalan saja sehingga tidak perlu memaksanya berpuasa penuh. Cukup ajari ia puasa secara bertahap.

Mendekatkan anak ‏dengan alquran

Ibadah ramadan mendekatkan anak dengan alquran

Ramadan disebut juga bulan Alquran karena di bulan inilah pertama kalinya Al-lquran diturunkan yakni pada malam 17 Ramadan.

Oleh karenanya, ramadan juga bisa menjadi momen yang tepat mengenalkan sekaligus mendekatkan anak dengan kitab suci Umat Islam.

Tentu saja ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mendekatkan anak dengan alquran sekalipun ia sendiri belum bisa membacanya.

Kita bisa mulai dengan mengenalkan anak pada huruf-huruf hijaiyyah, mengajarinya iqro, membaca alquran di dekatnya dan membiasakan anak mendengar murottal alquran.

Jangan salah! Anak usia balita sudah banyak lho yang hafizh dari seringnya mendengar bacaan alquran. Maa syaa Allah.

Agar anak terinspirasi bisa juga nih kita ajak ia nonton video-video para penghapal alquran cilik di kanal youtube yang bisa kita akses dengan lancar pakai Wifi Rumah.

Membiasakan anak bersedekah

Termasuk ibadah ramadan yang memiliki pahala berlimpah di bulan ramadan adalah bersedekah. Walau belum begitu mengerti, anak usia dini sudah bisa diajarkan ibadah yang satu. Bahkan ramadan bisa menjadi waktu yang bagus untuk menumbuhkan kebiasaan bersedekah pada anak.

Kita bisa memberitahunya secara perlahan tentang pentingnya sedekah sekaligus keistimewaan bersedekah di bulan ramadan.

Agar anak lebih mudah paham dan tertarik untuk menyumbangkan uang atau makanan yang dimilikinya, kita bisa melatih dengan membiarkan ia sendiri yang memasukkan uang ke dalam kotak amal di masjid, mengajaknya mengunjungi panti asuhan dan bersedekah di sana atau ikut bagi-bagi takjil (makanan berbuka) ke orang-orang yang membutuhkan.

Menghidupkan suasana ramadan di rumah

Ramadan adalah bulan yang sangat spesial bagi umat muslim. Kehadirannya begitu dinanti-nanti. Oleh sebab itu kedatangan ramadan memang harus kita sambut dengan bahagia dan penuh suka cita.

Well, masih jelas dalam ingatan, setiap ramadan tiba atau tepatnya di hari pertama sahur, mama selalu memasak kari ayam atau menu lainnya dari olahan ayam

Dulu, di keluarga saya makanan dengan menu ayam sudah termasuk spesial lho karena memang saat itu mama jarang banget menghidangkan makan tersebut kecuali di hari-hari tertentu, termasuk di hari pertama puasa.

Mama juga kerap menghadirkan dua menu andalan berbuka yang menurut saya spesial karena memang hanya sering beliau buat saat ramadan tiba yaitu kolak pisang atau petatas dan pisang ijo.

Selain dari menu makanan, suasana ramadan di rumah kami kala itu hidup melalui aktivitas seperti membantu mama menyiapkan makanan sahur dan berbuka, menikmati makan sahur dan buka bareng keluarga, tadarrus alquran dan lain sebagainya. Pun semakin terasa dengan adanya hiburan ramadan di TV.

Nah, cara saya menghidupkan ramadan di rumah yang saya huni bersama suami dan anak-anak juga kurang lebih sama seperti itu.

Hanya saja untuk hiburannya, di era teknologi ini jelas semakin banyak pilihan bagi orang tua dalam menghadirkan ramadan yang lebih semarak untuk anak-anak. Tidak melulu hanya nonton TV atau berhadapan dengan gawai.

Bersyukur ada Wifi Rumah dari Telkom Indonesia yang dapat saya andalkan untuk mencari beragam aktivitas seru dan menyenangkan agar suasana di rumah selama ramadan tetap hidup dan berkesan bagi anak-anak.

Itulah beberapa peran orang tua dalam mengajarkan ibadah ramadan pada anak usia dini.

Sebenarnya masih banyak peran lainnya yang saya dapatkan dari mengakses informasi di internet menggunakan Wifi rumah, namun poin-poin di atas saya rasa sudah cukup mewakili tapi kalau Bunda ada tambahan boleh dong di bagikan di kolom komentar.

Sekian Jurnal Bunda kali ini

Tentang Penulis

Halo, selamat datang di blog jurnal bunda. Tempat bunda berbagi cerita.

7 Comments

  1. Setuju untuk mengenalkan ibadah puasa di Bulan Ramadhan kepada anak sejak dini. Mengenalkan konsep puasa dengan cara yang menyenangkan ini yang masih pr ya, Bun. Gimana membahasakan konsep dengan baik.

  2. Bener banget Mbak. Mengenalkan ibadah memang harus dengan cara yang menyenangkan ya, agar anak-anak tidak merasa terpaksa dan akhirnya mencintai kegiatan ibadah itu sendiri.

  3. Banyak kartun bertema puasa yang bagus2 kayak Nusa Rara, Ipin Upin bisa ditonton bareng anak dan keluarga. Sepakat banget kalau ada orang dewasa ga terlatih berpuasa, yg perlu dipertanyakan saat kecil orangtuanya ngajarin berpuasa atau ga

  4. iya nih, aku juga bersyukur ada wifi di rumah
    bisa nonton kajian ustad2 (soalnya belum punya baby)
    jadi aku punya banyak waktu untuk memperdalam ilmu agama kala Ramadhan

  5. Jadi ingat adek spupu yang belajar puasa tahun ini, awalnya masih sering ngerengek lapar tapi alhamdulillah jalan jg puasanya sampe sekarang, tah meski bolong pas hari pertama sih

  6. pas banget anak perempuanku tahun ini belajar puasa, mbak. memang dalam hal mengenalkan puasa ke anak itu bukan cuma perkara nggak makan minumnya ya tapi esensi dari puasa itu sendiri dalam agama kita

  7. Ih setuju, dalam beribadah harus diajarkan, diberitahu maknanya apa dan pembiasaannya. Semoga Ramadhan ini menjadi momen yang tepat untuk berpuasa bagi anak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *